Ku sebut dia jingga, menatap tajam kala langit bersiap menyaksikan mata hari berpamit kemarin sore .
Pun mata mu yang meredup seiring waktu, dan mata ku yang semakin buta terhadap apa saja yang menyangkut tentang mu .
Penulis mengubah kopi menjadi cerita, kata seorang penulis di akun Instagram pribadi nya .
Aku mengubah canda menjadi air mata .
Terdengar biasa? Memang, memang aku tidak ingin menghias kata - kata ku yang tadi .
Bermain kata sama saja dengan bermain hati dan sudah pati ada logika di dalam nya .
Jika logika ada, maka berpikir adalah cara terbaik untuk mengolah logika itu .
Sayang nya, aku lebih suka membuat kata - kata ku lebih sederhana dari apa yang telah di ujar oleh logika ku .
Sebab aku tidak suka berpikir keras hanya untuk kata - kata tentang mu ini .
Yang pada akhir nya hanya akan menjadi sebuah postingan teratas di beranda blog ku dan menunggu waktu sampai aku lupa .
Tersimpan di halaman belakang dan bahkan aku pun enggan untuk mencari nya .
Lantas mengapa aku membuat nya? Tanya mu, aku pun demikian, menanyakan pada diri ku sendiri mengapa aku membuat kata - kata ini .
Dan ternyata aku memang harus membuat nya tanpa sebuah alasan .
Hanya saja ada keinginan untuk mengabadikan mu dalam halaman yang akan berlalu sampai mungkin suatu saat aku bisa mengangat mu dalam setiap kata yang mengingatkan ku bahwa kau pernah ada .
Comments
Post a Comment